Sabtu, 23 Juni 2012

Teori dan Aplikasi Sastra-Psikologi Sastra


UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2011/2012
MATA KULIAH TEORI DAN APLIKASI SASTRA

A.    TEORI PSIKOLOGI SASTRA ( TPS )
1.      Historisitas ( TPS )
Sejak zaman Yunani Kuno, sudah banyak yang menaruh perhatian terhadap kebesaran para ahli pikir dan pujangga waktu itu. banyak di antaranya yang menghubungkan, bahwa yang dialami para pujangga itu adalah keadaan antara neurotik dan psikosis. Konon, tokoh yang pertama memperkenalkan dasar pendekatan psikologi ini adalah Aristoteles (384-322 SM). Kendati ia lebih dikenal sebagai filsuf dan tokoh formalisme, dalam karya Poetica-nya, Aristoteles telah memakai istilah katharsis untuk menggambarkan luapan emosi pengarang yang terungkapkan dalam karyanya. Gejala psikis ini yang lalu dipakai salah satu penyelidikan psikologis sastra. Pada abad ke-3, Dyonisius Cassius Longinus (210-273 M), dalam karyanya On The Sublime, juga memuat konsep-konsep dasar psikologi pengarang. Menurutnya, hasil cipta pengarang dapat membangkitkan emosi-emosi pendengar atau pembacanya. Pendapat ini diperkuat pula oleh Sir Philip Sidney (1554-1588). Kritikus Inggris ini, lewat karyanya, Apologie For Poetrie ‘Pembelaan Puisi’ (Defence of Poesie), menyatakan bahwa karya sastra (puisi) dapat membangkitkan dan memberi kepuasan emosional bagi pembaca. Samuel T. Coleridge (1772-1854) dalam uraiannya tentang peranan imajinasi dalam proses kreatif penyair, ia menekankan, bahwa bahasa manusia yang terbaik adalah bagian yang timbul dari renungan atas tindak hati nurani, bagian-bagian yang terbesar ini yang tidak pernah berkesan dalam kesadaran orang-orang yang buta huruf. mengungkapkan kebenaran. Puisi juga harus mampu merangsang pembaca. Terungkapnya hubungan antara sastra dan psikologi dalam karyanya seolah-olah dikukuhkan melalui penemuan psikoanalisis Sigmund Freud (1856–1939). Bersamaan dengan itu, C.G Jung (1875–1961) lewat psikologi analitiknya, juga menyinggung masalah psikologi dalam hubungannya dengan sastra. Baginya, arketipe adalah imaji asli dari ketidaksadaran, penjelmaan pengalaman yang turun temurun sejak zaman purba. Penyair adalah manusia kolektif, pembawa, pembentuk dan pembina dari jiwa manusia yang aktif secara tak sadar. Salah seorang perintis psikologi sastra yang lain adalah I.A. Richard. Karyanya yang berjudul Principles of Literary Cristicism (1924) sering digunakan sebagai sumber rujukan tokoh angkatan sesudahnya. Ia sangat menekankan pentingnya hakikat pengalaman sastra terpadu (unified nature of literary experience). Tokoh lain yang menonjol adalah Norman H Holland, sejumlah karyanya antara lain The First Modern Commedies (1959).

2.      Pendektan ( TPS )
Tahap pertama karya sastra dianggap sebagai proyeksi pengarang. Aspek-aspek emosi yang terdapat dalam karya itu dianggap mewakili emosi-emosi pengarang.
Tahap kedua karya sastra itu mengandung data-data psikologi. Kritikus melacak dan mengungkapkan kebenaran teori psikologi yang diterapkan pengarang menunjukkan persamaan dan memisahkan hubungan antara pengarang dan karyanya.
Tahap ketiga kritikus berusaha menyelidiki “misi” pengarang yang terkandung dalam karyanya. Dalam hal ini pembaca dianggap sebagai objek sasaran pengarang.

3.      Teori Psikologi Sastra
Adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitaskejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.(Kinayati, 2006:241).
            Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud terdiri dari tiga sistem yaitu id, (das es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh dan berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidaknyamanan dan mengejar kenikmatan.. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata dan berfungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan
atau realitas. Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan dan fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat.

4.      Prosedur ( TPS )
Dalam bukunya “Tafsir Mimpi”, Freud mengungkapkan salah satu metode menafsirkan teks sastra. Freud berpendapat bahwa sastra adalah merupakan bagian dari mimpi. Jadi analisa yang diterapkan dalam sastra adalah seperti menganalisa orang yang sakit melalui mimpi. Maka dengan demikian analisa-analisa tersebut meliputi (Rahmani, 2004: 106):
1.         Taksif, yaitu adanya unsur seperti seseorang, gambar atau ucapan dalam mimpi.
2.         Izahah, yaitu merupakan suatu rangkaian yang berhubungan dengan inti. Ini suatu perasaan yang terurai dari bentuk aslinya dan berubah menjadi bentuk lain yang tidak ada hubungannya dan mudah digambarkan.
3.         Menerima bentuk lain, mudah dibentuk, jadi berbagai ide yang tidak disadari, bisa berubah menjadi bentuk-bentuk tertentu. Karena pada dasarnya mimpi merupakan produk visual yang dianggap oleh si pemimpi sebagai sebuah peristiwa.
4.         Penafsiran, yaitu menjelaskan makna yang terkandung pada suatu materi.


5.      Asumsi-asumsi tentang karya sastra ( TPS )
Ø  Adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar. Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang.
Ø  Kajian psikologi sastra disamping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis juga aspekaspek pemikiran dan perasaan  pengarang ketika menciptakan karya sastra tersebut.

6.      Kelebihan dan kekurangan ( TPS )
1.      Kelebihan Teori Psikologi Sastra:
Pendekatan psikologis sastra ini  menpunyai beberapa kelebihan  antara lain:
a.        Sangat sesuai untuk mengkaji aspek perwatakan secara mendalam.
b.      Dengan pendekatan psikologios ini dapat memberikan umpan balik kepada penulis atau pengarang tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya;
c.        Sangat membantu dalam menganalisis karya sastra surealis, abstrak, absurd, (dan mungkin yang bersifat fantastik), dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu.

2.      Kelemahan Teori Psikologi Sastra:
Adapun kelemahannya antara lain:
a.       Menuntut kekayaan pengetahuan, ilmu jiwa psikologi. Kalau tidak, pendekatan ini sukar untuk dijalankan.
b.      Banyak hal yang abstrak yang sukar dinalar dan dipecahkan karena keterangan tentang perilaku dan motif tindakan itu tidak dijelaskan oleh penulis.
c.       Sukar mengetahui kaitan satu tindakan dengan tindakan lain yang diperlihatkan tokoh karena tokoh itu sendiri ‘mati’, tidak bisa diwawancarai, sedangkan pengarang-pun seringkali tidak mau mengomentari karyanya.
d.       Tidak mudah mengetahui apakah pengalaman yang menimpa tokoh cerita merupakan pengalaman pengarang atau bukan.
e.       Pendekatan ini secara operasional lebih bisa berjalan apabila pengarang jujur dengan hati nuraninya. Dalam arti ia memang mengeluarkan segala obsesi yang mengendap di dalam jiwanya kemudian disalurkan lewat tulisan; tetapi bila pengarang tidak jujur menerapkan pengalaman batinnya, maka segala macam kajian tentang riwayat hidup pengarang juga tidak banyak berarti;
f.       Psikoanalisis yang menjadi basis pendekatan ini sampai sekarang banyak teori yang dikemukakan oleh Freud – tidak dapat dibuktikan secara saintifik, banyak hal yang sebenarnya merupakan misteri.



B.     Aplikasi Teori Psikologi Sastra
a.      Pendahuluan
Teori psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.(Kinayati, 2006:241).
Dalam kerangkan kerja kecakapan emosi menurut Goldmand terbagi 5 emosi: a. kecakapan diri yaitu kecakapan diri menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri. b. pengaturan diri yaitu mengelola kondisi, impuls dan sumberdaya diri sendiri. c. motivasi yaitu kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran. d. kecakapan sosial dan empati yaitu kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan atau kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. e. keterampilan sosial yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

b.      Isi
POTRET MANUSIA MENURUT TEORI EMOTION INTELEGEN GOLDMANT
DALAM SURAT AL-FATIHAH
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (7)
Karakter manusia dalam surat Al Fatihah
1.      Kesadaran diri
Kesadaran emosi: Manusia selalu ragu-ragu atau tidak percaya diri terhadap apa yang harus ditempuh seperti halnya bayi yang baru lahir, ia belum tahu apa-apa dan ia selalu bergantung dengan ibunya.
Dikala setiap melakukan sesuatu manusia sudah berfikir tentang efeknya, baik atau buruk itu sudah pasti.
Didalam surat al-fatihah, manusia diberi petunjuk jalan kehidupan yang lurus agar hidupnya benar sesuai dengan aturan
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
2.      Pengaturan diri
Ø  Kendali diri: manusia harus menjaga sifat-sifatnya yang membuat mereka sesat.
Ø  Sifat dapat dipercaya: yang harus dilakukan adalah murah hati, selalu member dan saling mengasihi.
Ø  Kehati-hatian: jauhi sikap kecerobohan yang membuat mereka dikutuk dan disesatkan.
Ø  Adatabilitas: jika manusia ingin punya kenikmatan maka mereka harus mengikuti orang-orang yang telah diberikan kenikmatan.

3.      Motivasi
Ø  Dorongan prestasi: kenikmatan dunia akhirat
Ø  Komitmen: tetap berada pada jalan yang lurus (jalan-Nya).
Ø  Inisiatif: meluangkan waktu untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya.
Ø  Optimis: mengoptimalkan kenikmatan yang telah diberikan kepada kita berupa kesehatan dll dengan mensyukuri dan digunakan dengan sebaik mungkin untuk beribadah kepada-Nya untuk menuju surge-Nya.

4.      Empati
Ø  Memahami orang lain: bahwa petunjuk jalan yang lurus adalah bagi orang islam yang beriman.
Ø  Mengembangkan orang lain: mendorong manusia untuk selalu disiplin beribadah kepada-Nya.
Ø  Orientasi pelayanan: mengantisipasi jalan keburukan dengan takut pada kemungkaran Allah, dan akan diberi nikmat bagi orang-orang yang beriman.
Ø  Memanfaatkan keragaman: dengan selalu beribadah dan taat kepada Allah maka kita akan mendapatkan suatu pertolongan.
Ø  Kesadaran politis.

c.       Kesimpulan
Bahwasannya potret manusia dalam surat ini banyak yang mengandung kecakapan emosi yang berisi macam-macam karakter. Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kenikmatan Allah yang diberikan kepada kita sangatlah luar bisa, akan tetapi manusia tidak pernah mensyukuri atas nikmat tersebut, bahkan ada yang mencacimaki Tuhannya karena doanya tidak dikabulkan, bukannya doa itu tidak dikabulkan, hanya saja manusia itu belum berusaha tapi sudah mengeluh terlebih dahulu. Maka kita semua banyak-banyak berdoa dan taat pada perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya untuk mendapatkan jalan yang lurus menuju surganya Allah SWT.






1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - MapYRO
    Find Harrah's 시흥 출장샵 Cherokee Casino & Hotel, Cherokee 김제 출장마사지 (MapYRO). Coordinate 40.3 거제 출장샵 miles from McClellan 전주 출장안마 Airport. 부산광역 출장샵

    BalasHapus