Sabtu, 23 Juni 2012

Teori dan Aplikasi Sastra-Psikologi Sastra


UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2011/2012
MATA KULIAH TEORI DAN APLIKASI SASTRA

A.    TEORI PSIKOLOGI SASTRA ( TPS )
1.      Historisitas ( TPS )
Sejak zaman Yunani Kuno, sudah banyak yang menaruh perhatian terhadap kebesaran para ahli pikir dan pujangga waktu itu. banyak di antaranya yang menghubungkan, bahwa yang dialami para pujangga itu adalah keadaan antara neurotik dan psikosis. Konon, tokoh yang pertama memperkenalkan dasar pendekatan psikologi ini adalah Aristoteles (384-322 SM). Kendati ia lebih dikenal sebagai filsuf dan tokoh formalisme, dalam karya Poetica-nya, Aristoteles telah memakai istilah katharsis untuk menggambarkan luapan emosi pengarang yang terungkapkan dalam karyanya. Gejala psikis ini yang lalu dipakai salah satu penyelidikan psikologis sastra. Pada abad ke-3, Dyonisius Cassius Longinus (210-273 M), dalam karyanya On The Sublime, juga memuat konsep-konsep dasar psikologi pengarang. Menurutnya, hasil cipta pengarang dapat membangkitkan emosi-emosi pendengar atau pembacanya. Pendapat ini diperkuat pula oleh Sir Philip Sidney (1554-1588). Kritikus Inggris ini, lewat karyanya, Apologie For Poetrie ‘Pembelaan Puisi’ (Defence of Poesie), menyatakan bahwa karya sastra (puisi) dapat membangkitkan dan memberi kepuasan emosional bagi pembaca. Samuel T. Coleridge (1772-1854) dalam uraiannya tentang peranan imajinasi dalam proses kreatif penyair, ia menekankan, bahwa bahasa manusia yang terbaik adalah bagian yang timbul dari renungan atas tindak hati nurani, bagian-bagian yang terbesar ini yang tidak pernah berkesan dalam kesadaran orang-orang yang buta huruf. mengungkapkan kebenaran. Puisi juga harus mampu merangsang pembaca. Terungkapnya hubungan antara sastra dan psikologi dalam karyanya seolah-olah dikukuhkan melalui penemuan psikoanalisis Sigmund Freud (1856–1939). Bersamaan dengan itu, C.G Jung (1875–1961) lewat psikologi analitiknya, juga menyinggung masalah psikologi dalam hubungannya dengan sastra. Baginya, arketipe adalah imaji asli dari ketidaksadaran, penjelmaan pengalaman yang turun temurun sejak zaman purba. Penyair adalah manusia kolektif, pembawa, pembentuk dan pembina dari jiwa manusia yang aktif secara tak sadar. Salah seorang perintis psikologi sastra yang lain adalah I.A. Richard. Karyanya yang berjudul Principles of Literary Cristicism (1924) sering digunakan sebagai sumber rujukan tokoh angkatan sesudahnya. Ia sangat menekankan pentingnya hakikat pengalaman sastra terpadu (unified nature of literary experience). Tokoh lain yang menonjol adalah Norman H Holland, sejumlah karyanya antara lain The First Modern Commedies (1959).

2.      Pendektan ( TPS )
Tahap pertama karya sastra dianggap sebagai proyeksi pengarang. Aspek-aspek emosi yang terdapat dalam karya itu dianggap mewakili emosi-emosi pengarang.
Tahap kedua karya sastra itu mengandung data-data psikologi. Kritikus melacak dan mengungkapkan kebenaran teori psikologi yang diterapkan pengarang menunjukkan persamaan dan memisahkan hubungan antara pengarang dan karyanya.
Tahap ketiga kritikus berusaha menyelidiki “misi” pengarang yang terkandung dalam karyanya. Dalam hal ini pembaca dianggap sebagai objek sasaran pengarang.

3.      Teori Psikologi Sastra
Adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitaskejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.(Kinayati, 2006:241).
            Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud terdiri dari tiga sistem yaitu id, (das es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh dan berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidaknyamanan dan mengejar kenikmatan.. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata dan berfungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan
atau realitas. Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan dan fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat.

4.      Prosedur ( TPS )
Dalam bukunya “Tafsir Mimpi”, Freud mengungkapkan salah satu metode menafsirkan teks sastra. Freud berpendapat bahwa sastra adalah merupakan bagian dari mimpi. Jadi analisa yang diterapkan dalam sastra adalah seperti menganalisa orang yang sakit melalui mimpi. Maka dengan demikian analisa-analisa tersebut meliputi (Rahmani, 2004: 106):
1.         Taksif, yaitu adanya unsur seperti seseorang, gambar atau ucapan dalam mimpi.
2.         Izahah, yaitu merupakan suatu rangkaian yang berhubungan dengan inti. Ini suatu perasaan yang terurai dari bentuk aslinya dan berubah menjadi bentuk lain yang tidak ada hubungannya dan mudah digambarkan.
3.         Menerima bentuk lain, mudah dibentuk, jadi berbagai ide yang tidak disadari, bisa berubah menjadi bentuk-bentuk tertentu. Karena pada dasarnya mimpi merupakan produk visual yang dianggap oleh si pemimpi sebagai sebuah peristiwa.
4.         Penafsiran, yaitu menjelaskan makna yang terkandung pada suatu materi.


5.      Asumsi-asumsi tentang karya sastra ( TPS )
Ø  Adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar. Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang.
Ø  Kajian psikologi sastra disamping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis juga aspekaspek pemikiran dan perasaan  pengarang ketika menciptakan karya sastra tersebut.

6.      Kelebihan dan kekurangan ( TPS )
1.      Kelebihan Teori Psikologi Sastra:
Pendekatan psikologis sastra ini  menpunyai beberapa kelebihan  antara lain:
a.        Sangat sesuai untuk mengkaji aspek perwatakan secara mendalam.
b.      Dengan pendekatan psikologios ini dapat memberikan umpan balik kepada penulis atau pengarang tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya;
c.        Sangat membantu dalam menganalisis karya sastra surealis, abstrak, absurd, (dan mungkin yang bersifat fantastik), dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu.

2.      Kelemahan Teori Psikologi Sastra:
Adapun kelemahannya antara lain:
a.       Menuntut kekayaan pengetahuan, ilmu jiwa psikologi. Kalau tidak, pendekatan ini sukar untuk dijalankan.
b.      Banyak hal yang abstrak yang sukar dinalar dan dipecahkan karena keterangan tentang perilaku dan motif tindakan itu tidak dijelaskan oleh penulis.
c.       Sukar mengetahui kaitan satu tindakan dengan tindakan lain yang diperlihatkan tokoh karena tokoh itu sendiri ‘mati’, tidak bisa diwawancarai, sedangkan pengarang-pun seringkali tidak mau mengomentari karyanya.
d.       Tidak mudah mengetahui apakah pengalaman yang menimpa tokoh cerita merupakan pengalaman pengarang atau bukan.
e.       Pendekatan ini secara operasional lebih bisa berjalan apabila pengarang jujur dengan hati nuraninya. Dalam arti ia memang mengeluarkan segala obsesi yang mengendap di dalam jiwanya kemudian disalurkan lewat tulisan; tetapi bila pengarang tidak jujur menerapkan pengalaman batinnya, maka segala macam kajian tentang riwayat hidup pengarang juga tidak banyak berarti;
f.       Psikoanalisis yang menjadi basis pendekatan ini sampai sekarang banyak teori yang dikemukakan oleh Freud – tidak dapat dibuktikan secara saintifik, banyak hal yang sebenarnya merupakan misteri.



B.     Aplikasi Teori Psikologi Sastra
a.      Pendahuluan
Teori psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.(Kinayati, 2006:241).
Dalam kerangkan kerja kecakapan emosi menurut Goldmand terbagi 5 emosi: a. kecakapan diri yaitu kecakapan diri menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri. b. pengaturan diri yaitu mengelola kondisi, impuls dan sumberdaya diri sendiri. c. motivasi yaitu kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran. d. kecakapan sosial dan empati yaitu kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan atau kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. e. keterampilan sosial yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

b.      Isi
POTRET MANUSIA MENURUT TEORI EMOTION INTELEGEN GOLDMANT
DALAM SURAT AL-FATIHAH
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (7)
Karakter manusia dalam surat Al Fatihah
1.      Kesadaran diri
Kesadaran emosi: Manusia selalu ragu-ragu atau tidak percaya diri terhadap apa yang harus ditempuh seperti halnya bayi yang baru lahir, ia belum tahu apa-apa dan ia selalu bergantung dengan ibunya.
Dikala setiap melakukan sesuatu manusia sudah berfikir tentang efeknya, baik atau buruk itu sudah pasti.
Didalam surat al-fatihah, manusia diberi petunjuk jalan kehidupan yang lurus agar hidupnya benar sesuai dengan aturan
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
2.      Pengaturan diri
Ø  Kendali diri: manusia harus menjaga sifat-sifatnya yang membuat mereka sesat.
Ø  Sifat dapat dipercaya: yang harus dilakukan adalah murah hati, selalu member dan saling mengasihi.
Ø  Kehati-hatian: jauhi sikap kecerobohan yang membuat mereka dikutuk dan disesatkan.
Ø  Adatabilitas: jika manusia ingin punya kenikmatan maka mereka harus mengikuti orang-orang yang telah diberikan kenikmatan.

3.      Motivasi
Ø  Dorongan prestasi: kenikmatan dunia akhirat
Ø  Komitmen: tetap berada pada jalan yang lurus (jalan-Nya).
Ø  Inisiatif: meluangkan waktu untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya.
Ø  Optimis: mengoptimalkan kenikmatan yang telah diberikan kepada kita berupa kesehatan dll dengan mensyukuri dan digunakan dengan sebaik mungkin untuk beribadah kepada-Nya untuk menuju surge-Nya.

4.      Empati
Ø  Memahami orang lain: bahwa petunjuk jalan yang lurus adalah bagi orang islam yang beriman.
Ø  Mengembangkan orang lain: mendorong manusia untuk selalu disiplin beribadah kepada-Nya.
Ø  Orientasi pelayanan: mengantisipasi jalan keburukan dengan takut pada kemungkaran Allah, dan akan diberi nikmat bagi orang-orang yang beriman.
Ø  Memanfaatkan keragaman: dengan selalu beribadah dan taat kepada Allah maka kita akan mendapatkan suatu pertolongan.
Ø  Kesadaran politis.

c.       Kesimpulan
Bahwasannya potret manusia dalam surat ini banyak yang mengandung kecakapan emosi yang berisi macam-macam karakter. Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kenikmatan Allah yang diberikan kepada kita sangatlah luar bisa, akan tetapi manusia tidak pernah mensyukuri atas nikmat tersebut, bahkan ada yang mencacimaki Tuhannya karena doanya tidak dikabulkan, bukannya doa itu tidak dikabulkan, hanya saja manusia itu belum berusaha tapi sudah mengeluh terlebih dahulu. Maka kita semua banyak-banyak berdoa dan taat pada perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya untuk mendapatkan jalan yang lurus menuju surganya Allah SWT.






Soal dan Jawaban UAS Semantik


TAKE HOME TEST  SEMANTIK
SOAL DAN JAWABAN UAS GENAP
MATA KULIAH SEMANTIK

SOAL
1.      Dari beberapa sumber kita dapati berbagai istilah untuk menamakan jenis atau tipe makna. Secara alfabetis Mansoer Pateda (2010) telah menggolongkan 29 jenis makna, Leech (1976) membedakan 7 tipe makna, I Dewa Putu Wijana (2011) membagi 8 jenis makna, Abdul Chaer (2009) menggolongkan 16 jenia makna, dan Fatimah Djajasudarma (2009) menggolongkan 14 jenia makna. Bagaimana apresiasi saudara terhadap pendapat para ahli diatas. Jelaskan secara komprehensif ! berilah contoh!
2.      Zgusta dan Ullman berpendapat bahwa tidak ada dua kata atau lebih yang memiliki makna sama secara mutlak. Senada dengan berpendapat di atas. Bloomfieid menandaskan bahwa setiap bentuk kebahasaan yang memiliki struktur fonemis yang berbeda dapat dipastikan memiliki makna yang berbeda betapa pun kecilnya. Jika demikian, mengapa ada konsep sinonim? Jelaskan komprehensif ! berilah contoh!
3.      Menurut Harimurti (1982), medan makna (semantic field, semantic domain) adalah bagian dari sistem semantic bahasa yang menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsure leksikal yang maknanya berhubungan. Kata atau unsure leksikal yang maknanya berhubungan dalam bidang tertentu jumlahnya tidak sama dari satu bahasa dengan bahasa lain karena berkaitan erat dengan kemajuan atau situasi budaya masyarakat bahasa yang bersangkutan. Jelaskan pernyataannya tersebut ! berilah contoh !
4.      Bahasa terus berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran penutur bahasa. Djajasudarma (2009) berpendapat bahwa perkembangan bahasa akan diiringi perkembangan makna yang mencakup perubahan makna dan pergeseran makna. Menurut Edi Subroto (2011), perubahan makna ada yang diakronik dan sinkronik. Jelaskan pendapat kedua tokoh di atas ! berilah contoh !



JAWABAN
1.      Jenis makna
            Menurut saya setiap pendapat para tokoh-tokoh memang mempunyai kelebihan sendiri-sendiri, yang pertama Mansoer Pateda itu menggolongkan 29 jenis makna, dan menurut saya bahwa beliau sangat kompleksitas. Yang kedua Abdul Chear  menggolongkan 16 jenis makna, ada yang mempunyai kesamaan jenis makana dan ada sebagian yang tidak sama seperti kata, istilah, idiom dan peribahasa, dan kekhususannya beliau dalam EYD bahasa Indonesia. Yang ketiga Dewa Putu Wijana yang menggolongkan 8 jenis makna, ada yang mempunyai kesamaan jenis makana dan ada sebagian yang tidak sama seperti seperti literal, figurative, primer, dan sekunder. Yang keempat Leech yang menggolongkan 7 jenis makna, ada yang mempunyai kesamaan jenis makana dan ada sebagian yang tidak sama seperti tematik, kolokatif, dan reflektif. Yang kelima Fatimah Djajasudarma menggolongkan 14 jenis makna, ada yang mempunyai kesamaan jenis makana dan ada sebagian yang tidak sama seperti idiom, dan pictorial.
            Kesimpulannya bahwa kelima tokoh diatas sama-sama mengkaji jenis makna, akan tetapi hanya jenis makna konotatif ini yang sama semua mengkaji jenis makna ini. Makna konotatif adalah Adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasannya berfungsi menandai. Contoh: kata pembantu dan budak, “pembatu” adalah pelayan yang melayani pekerjaan rumah tangga yang dibayar dan kata tersebut dipakai pada zaman sekarang, sedangkan “budak” adalah pelayan yang melayani para raja-raja yang tidak dibayar dan kata ini dipakai pada zaman nabi.
2.      Mengapa ada konsep sinonim
Menurut saya, kita kembalikan pada pengertian dari sinonim itu sendiri. Sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno: onoma = nama dan syn = dengan. Jadi makna harfiyahnya adalah nama lain untuk benda yang sama.dan mengapa ada sinonin itu juga dikarenakan ada beberapa faktor: yang pertama, faktor waktu. Kedua, faktor tempat atau wilayah sepeti kata “gua” dan “kulo”, kata “gua” itu digunakan orang-orang yang gaul, akan tetapi kata “kulo” itu digunakan bagi orang-orang desa, kata kedua tersebut sama-sama bersinonim faktor yang tempat. Ketiga, faktor keformalan seperti kata “loe” dan “kamu”, kata loe itu tidak formal karena bukan bahasa Indonesia yang baku, yang benar dan baku adalah kata kamu. Keempat, faktor sosial seperti kata “ kamu” dan “dia” kedua kata sama bersinonim, tetapi kata “kamu” menunjukkan orang yang ada disebelah orang yang menunjuk, tapi kata “dia” yang ditunjuk tidak ada disebelah orang yang menunjuk. Kelima, faktor bidang kegiatan. Dan keenam, faktor nuansa makna seperti kata “memukul” dan “metinju” kedua kata bersinonim, kata “memukul” bisa memukul hewan atau manusia, tetapi kata “metinju’ pantas dalam olahraga tinju.

3.      Medan makna
            Semantik  bahasa yang menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisaasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Kata atau lesem dijadikan satu kelompok medan makna, dan terbagi medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjukkan pada hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear, contoh: kasur, bantal guling, buffet, lemari, kamar mandi, ber-ac, semua yaitu berkenaan dengan kamar tidur,  sedangkan set menunjukkan pada hubungan paradigmatik karena bisa saling disubtitusikan, hubungan paradigmatik adalah hubungan unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan, contoh: kata hewan merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, ada yang jantan dan betina. Kata pusing merupakan kedaan sakit yang biasanya diderita oleh manusia.
4.      Pendapat Djajasudarman (2009)
Bahwa perkembangan bahasa akan diiringi dengan perkembangan makna yang mencakup perubahan dan pergeseran makna. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat itu dan manusia pula yang menambah kosa kata yang sesuai dengan kebutuhannya. Karena pemikiran manusia selalku berkembang, maka pemakaian kata dan kalimat berkembang juga. Sehingga makna mengalami perubahan dan pergeseran dikarenakan akibat yang pertama dari lingkungan masyarakat seperti kata hias dilingkungan toko bunga dihubungkan menghias bunga sedangakn dilingkungan salon dihubungkan penata rias pengantin. Yang kedua akibat pertukaran tanggapan indera,indra manusia bermacam-macam seperti indra ciuman seperti kata wangi, indra pendengar seperti kata merdu, dll. Yang ketiga akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi seperti kata bersepeda, dengan seiring berkembangnya teknologi sekarang sepeda sedikit sekali yang menggunakan apalagi berada di kota-kota besar sehingga sekarang sudah tercipta sepeda aki yang hanya digas dengan mengandalkan aki langsung bisa berjalan tanpa harus mengayuh dan tidak polusi, ada juga mobil dengan kekuatan surya. Yang keempat akibat asosiasi contoh kata lapangan makna asosiasi adalah tempat untuk olahraga atau bermain.
Pendapat Edi Subroto (2011)
Perubahan makna yang diakronik adalah perubahan arti dalam suatu bahasa dalam perjalanan bahasa itu dari waktu ke waktu, contoh kata duit dulu berarti ‘mata uang dari tembaga’ sekarang berarti ‘alat pembayaran yang sah’ dan dahulu berbentuk koin tapi sekarang koin malah dibuang-buang karena nilai harganya kecil sehingga banyak yang beralih ke uang kertas. Dan sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja, contoh kata menyempret secara sinkronis “ mobil itu hampir menyempret motor yang berjalan”.



Tugas ini saya buat dengan semampu saya, jika ada kekurangan atau kesalahan mohon maaf. Dan mohon bantuan di jawabankan jika ada yang salah. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Chear, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Peteda, Mansoer. - Ed.2 -. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 2. Pemahaman ilmu makna. Bandung: Refika Aditama.
Wijana, Dewa Putu. 2008. Semantik teori dan analisis. Surakarta: Yuma Pustaka


Sabtu, 02 Juni 2012

10 Persen Orang Justru Berisiko Jatuh Sakit Karena Rajin Olaharga

Putro Agus Harnowo - detikHealth

 
Jakarta, Olahraga diyakini bermanfaat bagi kesehatan dan pernyataan ini diamini oleh hampir semua orang. Kurang olahraga akan mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh.

Sayangnya, sebuah penelitian menemukan bahwa ada beberapa orang yang justru meningkat risikonya terkena penyakit jantung dan diabetes karena rajin berolahraga.

"Ini aneh. Sekelompok orang tertentu menderita karena berolahraga dan penyebab dari fenomena ini tidak diketahu," kata peneliti, Claude Bouchard, profesor genetika dan gizi di Pennington Biomedical Research Center seperti dilansir New York Times, Jumat (1/6/2012).

Kesimpulan ini diperoleh dari analisis 6 penelitian yang melibatkan lebih dari 1.600 orang dewasa yang sebagian besar mengalami obesitas. Penelitian ini menguji bagaimanakah orang-orang bereaksi terhadap program olahraga.

Sekitar 10 persen individu mengalami kenaikan tekanan darah, kolesterol, trigliserida atau insulin setelah menjalani olahraga. Semua indikator ini merupakan faktor risiko penyakit jantung dan diabetes.

Menurut penelitian yang diterbitkan jurnal PLoS One ini, peningkatan tersebut tidak dipengaruhi oleh kondisi kesehatan sebelumnya, usia, jenis kelamin atau etnis tertentu.

Salah satu laporan dari 6 penelitian ini menemukan adanya komponen genetik yang terkait dengan cara beberapa individu menanggapi aktivitas fisik. Peneliti menduga anomali ini berkaitan dengan adanya faktor genetik.

"Dengan penelitian lebih lanjut, mungkin kami dapat mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat menjadi prediktor mengapa beberapa orang tidak mendapat manfaat dari berolahraga secara teratur," kata Bouchard.

Para ahli menyarankan orang dewasa untuk melakukan olahraga dengan intensitas sedang selama 150 jam dalam seminggu agar tetap bugar dan fit.

Dengan adanya temuan ini, maka akan makin banyak orang yang beralasan untuk tidak berolahraga secara rutin.

"Ada banyak orang di luar sana yang mencari alasan untuk tidak berolahraga. Mereka bisa mengatakan bahwa mungkin dirinya adalah salah seorang dari 10 persen ini," kata William Haskell, profesor emeritus kedokteran di Stanford Prevention Research Center.

Peneliti tidak menganjurkan masyarakat untuk mengkhawatirkan hasil temuan ini. Orang-orang yang sudah menjalankan kebiasaaan sehat dengan berolahraga secara rutin sebaiknya tetap melanjutkan kebiasaannya sambil memeriksakan kondisi kesehatannya secara berkala.

http://health.detik.com/read/2012/06/01/083216/1930042/766/10-persen-orang-justru-berisiko-jatuh-sakit-karena-rajin-olaharga